NUBIC-Amerika Serikat (AS) mengakui keunggulan teknologi persenjataan baru
nuklir Rusia. Presiden Donald Trump dalam waktu dekat akan bertemu
dengan Presiden Rusia Vladimir Putin
untuk membahas “perlombaan senjata” yang belakangan ini semakin tidak
terkendali. Washington menyatakan prihatin atas pengumuman persenjataan
nuklir Rusia yang baru yang diklaim oleh Putin tidak bisa dicegat oleh
sistem pertahanan rudal mana pun di dunia.
Pernyataan Putin itu
disampaikan pada pidato kenegaraan tahunannya di Parlemen Rusia, yang
mengatakan bahwa Rusia telah berhasil mengembangkan senjata jenis baru
yang teknologinya jauh menggunguli Amerika Serikat (AS), baik rudal
balistik antar benua maupun drone bawah laut.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump |
Terkait dengan
kemapuan rudal dan torpedo baru Rusia yang tak bisa ditangkal oleh AS,
Komite Angkatan Bersenjata Senat AS, komandan StratCom Jenderal John
Hyten dengan terbata-bata mengakui bahwa tidak ada apa pun di gudang
senjata AS yang dapat menghentikan senjata hipersonik baru Rusia.
“Kami
tidak memiliki sistem pertahanan yang dapat menangkal senjata seperti
itu,” kata Hyten, menanggapi pertanyaan Senator Jim Inhofe tentang
pertahanan seperti apa yang bisa dilakukan AS terhadap ancaman rudal
hipersonik.
Hyten kemudian menjelaskan bahwa dengan rencana Nuclear Posture Review (NPR)
– kita bisa mengerahkan sistem trias untuk menangkal serangan rudal
Rusia. Menurut Hyten, dengan mengintegrasikan sistem rudal balistik
antar benua, pembom strategis dan rudal balistik yang diluncurkan dari
kapal selam dapat menjadi penangkal terbaik terhadap serangan Rusia,
Cina maupun Korea Utara. Hyten juga mengakui, bahwa sampai saat ini
senjata hipersonik AS masih dalam taraf konsep dan pengujian.
Pengakuan
Hyten ini sungguh mengejutkan. Sekaligus menunjukkan bahwa telah
terjadi pergeseran keseimbangan kekuatan nuklir dunia dalam satu dekade
mendatang sebagaimana diklaim Putin.
Namun Moskow mengaskan bahwa Rusia memiliki kebijakan penggunaan nuklir no-first, kecuali dalam kasus-kasus di mana serangan konvensional mengancam keberadaan negara Rusia.
Menurut New York Times,
dalam pembicaraan telepon dengan Presiden Vladimir Putin pada minggu
lalu, Presiden Donald Trump mengungkapkan keprihatinannya atas progam
persenjataan nuklir baru Rusia yang mampu menembus sistem pertahanan
strategis Amerika. Meski begitu, dalam pembicaraan telepon tersebut,
Trump masih menyombongkan diri dengan mengatakan bahwa AS telah
menyiapkan anggaran militer sebesar US$ 700 miliar dan menyakinkan bahwa
Rusia akan kalah dalam perlombaan senjata baru.
“Kami akan tetap
lebih kuat dari negara manapun di dunia. Kami tidak akan pernah
mengizinkan siapa pun untuk memiliki sesuatu yang dekat dengan apa yang
kami miliki,” tegas Trump.
Meski menyombongkan diri, Trump juga
telah menginstruksikan penyelidikan terhadap rudal balistik Rusia yang
baru. Penyelidikan tersebut dilakukan untuk menentukan apakah rudal
balistik RS-28 Sarmat Rusia melanggar Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty atau Traktat INF.
Menurut Gedung Putih, Trump bersama dengan pejabat tingkat tinggi akan meninjau pelanggaran rudal balistik Rusia.
Seperti
diketahui, Perjanjian INF adalah kesepakatan antara Washington dan
Moskow yang bertujuan untuk menghilangkan semua senjata nuklir jarak
dekat dan rudal konvensional dengan kisaran jarak 500-1.000 kilometer,
dan rudal jarak menengah dengan kisaran jarak 1.000 -5.500 km, sekaligus
peluncurnya.
Menurut Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional
(NDAA), jika hasil penyelidikan membuktikan bahwa rudal balistik RS-28
berada di bawah Perjanjian New START dan Rusia belum mengambil
langkah-langkah tertentu, maka AS akan mempertimbangkan semua kebijakan
dan keputusan terkait pelanggararan Traktat INF tersebut. (Banyu)
Posting Komentar