NUBIC,.Timika
- Beberapa waktu lalu, TNI berhasil menyelamatkan dan mengevakuasi para
guru yang menjadi korban penganiayaan, penyiksaan dan kekerasan seksual
yang dilakukan oleh KKSB Papua, salah satu guru Kampung Aroanop, Rano
Samsul yang merupakan salah satu korban kekerasan KKSB kembali
menjelaskan secara detail kejadian penyanderaan para guru ini, Jumat
(27/04).
Saat dikonfirmasi, Rano menjelaskan dari awal kejadian penyanderaan guru hingga akhir secara rinci.Rano
menjelaskan bahwa kejadian tersebut terjadi pada tanggal 13 April 2018,
pada pukul 13.00 WIT, proses belajar mengajar sudah berakhir dan para
guru ini kembali ke rumah masing-masing. Untuk para guru perempuan
sedang memasak untuk mempersiapkan makan malam, sedangkan para guru
laki-laki sudah beristirahat.
Jumlah para guru ini terdiri dari 4 guru perempuan dan 4 guru laki-laki.“Pada
saat itu juga, para guru perempuan mengetuk rumah para guru laki-laki
dan mengatakan bahwa ada masyarakat tetapi guru ini tidak mengenali
masyarakat tersebut. Lalu saya langsung keluar dan menyapa masyarakat
tersebut tetapi mereka membalas dengan nada yang keras dan tidak enak
didengar,” jelas Rano.
Tak
selang lama, masyarakat ini (KKSB) seketika menghampiri para guru dan
menodong para guru menggunakan senapan. Para guru laki-laki dan
perempuan langsung dipisahkan oleh KKSB.
“Kami
guru laki-laki dan perempuan dipisahkan, guru perempuan dipisahkan
didalam rumah, sedangkan saya sendiri ada di depan teras rumah, tak
selang lama 3 guru laki-laki lain yang tinggal di rumah lain dikumpulkan
menjadi satu bersama saya yang digiring dengan todongan senjata,”
ungkapnya.
Para
guru ini dusuruh berlutut dan menghadap ke lantai supaya para guru ini
tidak melihat wajah para KKSB yang sedang menodong mereka. Sebelumnya
memang para guru ini tidak pernah mengenal mereka dan wajah KKSB ini
sangat asing bagi para guru.
“Meraka
sangat asing bagi kami disini, karena kita tidak pernah melihat mereka.
Mereka datang ke kampung kami kurang lebih 20 orang dimana mereka semua
menggunakan senjata api,” ujarnya.
Rano
dan ketiga guru laki-laki tidak mengetahui apa yang dilakukan KKSB ini
kepada 4 guru perempuan di dalam rumah. Mereka hanya mendengar suara
teriakan dan suara pukulan.
“Kami
mendengar suara jeritan dari guru perempuan dari dalam dimana saya
sempat melihat ada guru perempuan yang mendapat pukulan oleh
KKSB,”katanya.
Selang
30 menit kemudian, terdapat salah seorang masyarakat dari kampung
sebelah yang datang dan menjelaskan kepada KKSB bahwa yang mereka siksa
dan sandera itu adalah guru dan mereka mengajar anak-anak sekolah di
kampung Aroanop. Tetapi masyarakat ini juga ditodong dengan senjata.
Para
guru ini menerima penyiksaan, pemukulan hingga kekerasan seksual yang
dilakukan KKSB. Mereka tidak segan-segan untuk menyiksa.
“Kami
disandera selama 45 menit, kami juga tidak tahu apa tujuan mereka
datang kesini, mereka merampas harta benda kami, 10 buah HP, 4 Laptop
mereka bawa hingga makanan yang kami punya juga mereka bawa,”jelasnya
kembali.
KKSB lalu pergi meninggalkan kampung Aroanop dan menuju Kampung Jagamin dimana kampung tersebut juga ada guru pengajar juga.
“KKSB
ini menunggalkan Kampung Aroanop dan menuju ke Kampung Jagamin, ada
guru juga disana tetapi mereka tidak menyiksa guru di Kampung Jagamin.
Saya melihat 4 guru wanita yang sudah disiksa didalam, dan ada yang luka
parah di muka dan memar di bagian tubuh,” ungkapnya.
Kemudian para guru ini diungsikan di rumah Bapak Kepala Desa. Mereka mengungsi disana selama 1 minggu.
“Kami
diungsikan dirumah Kepala Desa karena kami juga sedang menunggu
anak-anak murid kelas 6 akan melaksanakan ujian kelulusan dan anak-anak
kelas lain akan melaksanakan ujian kenaikan kelas,” ungkapnya lagi.
Selama
1 minggu mereka mengungsi, pada tanggal 19 April 2018, anggota TNI
masuk ke kampung Aroanop untuk mengamankan masyarakat dan akan
mengevakuasi para guru yang ada di rumah Bapak Kepala desa maupun para
guru di Kampung Jagamin.
Para
guru dan masyarakat dikumpulkan di satu tempat oleh TNI untuk proses
pengamanan, selanjutnya para guru dievakuasi ke Timika menggunakan Heli.
Total keseluruhan guru yang dievakuasi pada saat itu sebanyak 18 orang terdiri dari 7 guru perempuan dan 11 guru laki-laki.
“Kami dievakuasi oleh TNI menuju Timika dimana kloter pertama 7 guru perempuan dan kloter kedua 6 guru laki-laki,”jelasnya.
Sedangkan 5 orang guru masih tinggal di Kampung Aroanop untuk menunggu evakuasi selanjutnya.
Pada
tanggal 20 April 2018, TNI akan melakukan evakuasi kembali tetapi
tertunda dikarenakan cuaca pada saat itu tertutup kabut. Akhirnya pada
tanggal 21 April 2018, 3 guru berhasil dievakuasi ke Timika dan 2 guru
sisanya tinggal karena 2 guru tersebut adalah warga Kampung Aroanop.
Sesampainya
di Timika, para guru pengajar ini langsung dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan fisik maupun psikologi hingga saat ini.
Mereka
menyesalkan bahwa mereka tidak bisa menemani anak murid yang akan
melaksanakan ujian. Tetapi tekad mereka untuk kembali mengajar di
Kampung Aroanop dan Jagamin sangat tinggi.
“Kami
merasa sedih tidak dapat menemani anak murid untuk melaksanakan ujian,
tetapi saya bersyukur dan berterimakasih yang sangat tinggi kepada TNI,
karena telah menggantikan kami sebagai guru pengajar disana,”tutupnya.
Posting Komentar