Tanggal 1 Mei di Papua, secara khusus diperingati sebagai hari kembalinya Papua ke pangkuan NKRI atau dikenal sebagai hari integrasi.
Pdt Albert Yoku, mantan ketua sinode GKI di Tanah Papua, kepada megapolindonesia.com mengatakan momentum 1 Mei patut disyukuri oleh seluruh anak bangsa.
“Ini bukti dan fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri. 1 Mei 1963, kita telah berintegrasi dengan NKRI. Dan, hal ini patut disyukuri dalam bentuk ibadah, atau kegiatan apapun, yang dibuat sebagai bentuk kebersamaan anak bangsa di Tanah Papua,” himbaunya.
Selanjutnya, Alberth Yoku mengatakan sejak integrasi Papua ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, telah banyak kemajuan yang dialami, misalnya saja pembangunan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur dan membuka isolasi daerah.
“Tidak sedikit anak Papua sudah bergelar sarjana, master dan doktor. Tentu tidak bisa dipungkiri, kita mengalami banyak kemajuan dari segi infrastruktur, membuka isolasi daerah, dan sarana prasarana dasar masyarakat Papua,” ujarnya.
Selain kemajuan pembangunan infrastruktur, kata Alberth, tidak bisa dipungkiri bahwa sejak Papua bergabung dengan NKRI, 250 suku yang ada di Papua juga telah dipersatukan melalui penggunaan Bahasa Indonesia.
“Dulu, cara misionaris bekerja, dimana dia ditempatkan, dia mempelajari bahasa suku dan konteks budaya setempat. Jadi, bahasa itu menjadi sebuah jembatan untuk pendidikan dan ketrampilan,” terangnya.
“Sesudah Papua terbuka, 257 suku dan bahasa, sulit berkomunikasi satu sama lain. Tidak ada alat lain, selain mempelajari bahasa Indonesia.
Sehingga Bahasa Indonesia telah merajut kebersamaan manusia Papua menjadi satu. Kita berterimakasih, 1 mei menjadi satu ikatan dalam bahasa yang mempersatukan orang Papua,” terangnya.
Sehingga Bahasa Indonesia telah merajut kebersamaan manusia Papua menjadi satu. Kita berterimakasih, 1 mei menjadi satu ikatan dalam bahasa yang mempersatukan orang Papua,” terangnya.
Alberth menegaskan, jika selama ini peringatan 1 Mei selalu diwaspadai akan terjadi konflik, hal ini tidak boleh lagi terjadi.
“Silakan pemimpin agama menggelar doa syukur untuk peringatan 1 Mei ini, doa syukur yang agamawi. Jangan ada muatan politik atau apapun didalamnya. Mari kita jaga Papua sesuai motto kita bersama, Papua Tanah Damai,” pungkasnya.
Posting Komentar