NUBIC,.JAKARTA,.Tiga
bulan jelang pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden untuk
pemilihan presiden 2019 mendatang. Presidium PARRA 19, Santoso AS
mengadakan diskusi mengulas sosok ekonom senior Dr. Rizal Ramli dan
mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault yang dinilai merupakan
pasangan ideal untuk memimpin bangsa.
Rizal
jelas dia adalah seorang tokoh mahasiswa, pakar ekonomi dan politikus
Indonesia. Dimana sejak menjadi mahasiswa ITB, Rizal muda selalu
mengggelorakan wajib belajar kepada puluhan juta anak Indonesia yang
kemudian diadopsi negara menjadi program wajib belajar sembilan tahun.
Saat
itu, Rizal bersama Dewan Mahasiswa ITB juga menolak Soeharto
melanjutkan jabatan Presiden dalam SI MPR 1978. Akibatnya Rizal bersama
kawan-kawan di DM ITB harus meringkuk di LP Sukamiskin lebih kurang 2
tahun lamanya.
"Daya
juang Rizal Ramli yang kokoh sejak bangku kuliah membuat sosoknya punya
daya kritis fenomenal alias urat takutnya sudah putus dalam membela
kepentingan rakyat," ungkap Santoso.
Daya
juang itu kata dia tak surut bahkan setelah Rizal dipercaya menduduki
jabatan pemerintah sebagai Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog), Menteri
Koordinator bidang Perekonomian, serta Menteri Keuangan Indonesia pada
Kabinet Persatuan Nasional pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid (Gus Dur).
"Rizal
Ramli terbukti bekerja out the box, Bulog diberesi, rekening yang
jumlahnya ratusan dirapihkan, tinggal puluhan rekening yang accountable.
Bulog jadi sehat dan negara aman karena logistik Bulog itu. Begitu juga
ketika Menko dan Menkeu era Gus Dur banyak prestasi yang membanggakan,
inflasi rendah, utang minim, negosiasi dengan Freepot serta penyelamatan
BUMN seperti PLN, Garuda, Bank BII yang sukses dengan gemilang,"
urainya.
Bahkan, lanjut
dia, saat menjabat sebagai Menko Maritim dan Sumber Daya di era Presiden
Joko Widodo, menurut Santoso, gebrakan Rizal begitu dahsyat sehingga
menciptakan perubahan internal kabinet kerja yang loyo dan sepi
prestasi. RR sapaan khasnya dinilai mampu membuat Kabinet Kerja
berdenyut dengan gebrakannya yang out the box pula. Publik dan media
memberi nama Rajawali Kepret.
"Pelindo, PLN, Garuda dan lain-lain dikepret padahal ini bau anyir KKN yang kental," imbuhnya.
Puncaknya, lanjut Santoso, ketika Rizal mengkepret mega proyek reklamasi di pantai bagian utara Jakarta.
"Rizal
Ramli teguh menutup projek ini meski banyak pihak tahu ada koneksi para
pemilik project dengan orang nomor satu di republik ini dan terbukti
Rizal Ramli tersingkir dizalimi para taipan reklamsi dan atasannya pun
ternyata berpihak sama taipan," ujarnya.
Makanya,
kata dia, oleh sebagian kalangan, Rizal Ramli dijuluki sebagai "Sang
Penerobos". Hal itu menurutnya karena ide-idenya yang tidak konvensional
namun tepat sasaran, dan berpihak pada kepentingan rakyat setelah daya
rusak yang dibuat rezim Jokowi-Kalla, utamanya ukonomi terkait makin
jauh tertinggal bahkan dengam negara sekecil Vietnam.
"Maka
figur yang mumpuni di bidang ekonomi dengan track record teruji (adalah
Rizal Ramli). Ingat Abraham Lincoln, Presiden ke 16 dan terbaik
sepanjang masa di USA berucap, 'bila mau uji integritas seseorang ialah
ketika dia berkuasa', dan Rizal Ramli lah yang sudah teruji cocok untuk
menjadi Presiden ke 8," jelas Santoso. (P. Siregar)
Posting Komentar