NUBIC,.SULTENG,.Puluhan
pemuda asal Morowali, Sulawesi Tengah menuntut pemerintah pusat untuk
menyikapi persoalan buruh (tenaga kerja) asing asal Tionghoa, yang kini
bekerja di beberapa perusahaan yang ada di wilayah itu. Pasalnya, tenaga
kerja Cina lebih mendominasi dari pekerja lokal yang ada.
Asnan
As'ad, Koordinator Aliansi Rakyat dan Buruh Bersatu (ARUS) Morowali
mengatakan, tenaga kerja asing (Cina) di wilayahnya sekitar 70 persen.
Sehingga buruh lokal tidak dapat dimanfaatkan.
Untuk itu, ia meminta pemerintah mengambil langkah tegas untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
"Pekerja
Cina di Morowali rata-rata adalah pekerja kasar," ujarnya, saat
menyampaikan orasinya yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia (KSPI) di Jakarta, Selasa 1 Mei 2018.
Buruh
Cina yang bekerja di beberapa perusahaan, diantaranya PT Sulawesi
Mining Investment (SMI) yang juga rekanan PT Bintang Delapan Investama,
lanjut Asnan, berjumlah 6.000 pekerja. Kesemuanya, memasuki Morowali
menggunakan jalur laut dan udara.
Bahkan
dari jumlah yang ada, dimungkinkan bekerja sebagai TKA ilegal. Sebab
beberapa kali memasuki Morowali, Sulawesi Tengah menggunakan jalur udara
Bandara Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, sempat tertangkap
beberapa orang.
"Didalam site (lahan) tambang terdapat mess (penginapan). Yang menampung sekitar ribuan pekerja," katanya.
Ia bahkan siap menunjukkan lokasi persembunyian para TKA Ilegal itu, jika ada pemeriksaan.
Sejauh
ini, tambah Asnan, pemerintah daerah (Pemda) Morowali tidak bisa
mengatasi persoalan tersebut. Olehnya itu, ia bersama sejumlah pemuda
Morowali bergabung di KSPI, dengan harapan pemerintah pusat dapat
menyikapi persoalan daerah tersebut.
"Kami berharapa pemerintah pusat, dapat mengecek secara langsung apa yang terjadi di Morowali," imbuhnya.
Posting Komentar