Penjabat Bupati Kabupaten Jayawijaya Doren Wakerkwa didampingi
jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Jayawijaya turun
langsung menyelesaikan tawuran antarkampung di Distrik Wouma, Kabupaten
Jayawijaya, Kamis (7/6/2018).
Danyon 756 WMS berbincang dengan warga Kampung Welesi. (haipapua.com) |
Tiba di lokasi tawuran di Kampung Logonoba, Distrik Wouma, Penjabat
Bupati didampingi Kapolres Jayawijaya, Dandim 1702 Jayawijaya, Ketua
DPRD Jayawijaya, bersama Danyon 756 WMS, langsung masuk ke tengah lokasi
tawuran. Didampingi tokoh masyarakat setempat bersama Kepala Distrik
Wouma, selanjutnya Doren Wakerkwa memimpin mediasi terbuka disaksikan
oleh ratusan massa dari dari kedua kampung bertikai yang membawa senjata
tajam tradisional seperti panah dan tombak.
Mediasi berlangsung alot karena kedua belah pihak bertahan dengan
pendapat masing-masing. Selain itu, warga Kampung Welesi meminta
pertanggungjawaban pembayaran denda adat dengan tewasnya salah seorang
warga mereka Pelasiken Hiluka. Setelah tawar menawar cukup lama,
akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk berdamai. Ditemui usai memimpin
mediasi, Doren Wakerkwa mengaku puas bisa segera mendamaikan tawuran
antarkampung atau yang lebih dikenal sebagai perang suku.
Menurutnya, tawuran seperti ini kerap berlangsung hingga berbulan-bulan
namun bisa segera didamaikan. “Pertikaian ini mulai sejak Selasa
(5/6/2018) lalu, dan hari ketiga ketika kami turun, pertikaian ini
langsung selesai,” kata Doren Wakerkwa usai memimpin mediasi.
Doren Wakerkwa mengungkapkan alotnya proses mediasi ketika tawar
menawar denda adat dengan keluarga korban yang meninggal dunia. “Mereka,
keluarga korban meninggal menuntut keluarga pelaku membayar denda
sebanyak 30 ekor babi dan menuntut Pemerintah untuk membayar sebesar Rp3
miliar,” ujar Doren Wakerkwa.
Dia menjelaskan kedua belah pihak sudah sepakat untuk menghentikan
tawuran dan selanjutnya menunggu proses perdamaian. “Mereka sudah
mengevakuasi semua korban ke rumah sakit dan keluarga korban sudah
membakar jenasah. Ini tanda bahwa perang suku sudah selesai,” ucap Doren
Wakerkwa.
Penjabat Bupati Jayawijaya Doren Wakerkwa mengaku puas berhasil mendamaikan dua kelompok bertikai. (haipapua.com) |
Korban Meninggal Bukan karena Tembakan Aparat
Pada kesempatan itu, Kapolres Jayawijaya AKBP Yan Pieter Reba
menegaskan bahwa korban meninggal dalam tawuran kemarin bukan akibat
terkena tembakan dari aparat TNI-Polri. Hasil visum yang dilakukan oleh
dokter RSUD Jayawijaya, kata Yan Pieter, bahwa korban meninggal karena
terkena panah dan lemparan batu.
“Saya meminta kepada Kepala Distrik Walesi dan Distrik Wouma, beserta
seluruh tokoh masyarakat di sini untuk bersama-sama mengawal proses
penyelesaian pertikaian antarkampung ini,” kata Yan Pieter.
Hal senada disampaikan Dandim 1702 Jayawijaya Letkol Inf Lukas
Sadipun yang meminta warga menghentikan kebiasaan lama mereka untuk
menyelesaikan masalah dengan ‘perang’. “Sekarang kita berada di wilayah
Kabupaten Jayawijaya, jadi seluruh masyarakat harus mengikuti adat
istiadat yang ada di Wamena. Jadi jangan membawa tradisi dari daerah
asal, karena warga di sini sudah menghentikan kebiasaan ‘perang’ itu,”
ujar Lukas.
Lukas juga mengungkapkan rencana aparat TNI-Polri di Kabupaten
Jayawijaya untuk meningkatkan patroli gabungan guna meminimalisir tindak
kriminal. “Patroli gabungan ini bertujuan untuk memberikan rasa aman
dan nyaman kepada masyarakat Jayawijaya,” kata Lukas menegaskan.
Seperti diberitakan sebelumnya, bentrokan antarkampung ini dipicu
penghadangan dan perampasan sepeda motor milik kepala suku Kampung
Welesi Sadik Asso oleh sekelompok orang yang diduga dalam kondisi mabuk
di Kampung Logonoba, Distrik Wouma pada Selasa (5/6/2018) lalu.
Dua kelompok bertikai dengan senjata tajam tradisional panah dan tombak di Distrik Wouma, Kabupaten Jayawijaya. (haipapua.com) |
Tidak terima dengan kejadian itu, pada Rabu (6/6/2018), ratusan massa
Kampung Welesi, Distrik Welesi lalu mendatangi lokasi kejadian di
Kampung Logonoba, Distrik Wouma. Karena tidak ada penyelesaian, ratusan
massa ini kemudian melakukan aksi pengrusakan dengan membakar balai
desa, honai dan merusakan Puskesmas Pembantu di Kampung Logonoba.
Aksi itu memancing kemarahan warga Kampung Logonoba dan Kampung Wouma
dan balik menyerang massa dari Kampung Welesi. Dalam tawuran
menggunakan senjata tajam tradisional yang terjadi Rabu sore kemarin,
mengakibatkan 3 warga Kampung Wouma dan 2 warga Kampung Welesi terluka.
Seorang warga Kampung Welesi yang terluka akhirnya meninggal dunia.
Dalam bentrokan kemarin juga mengakibatkan dua aparat keamanan
terkena panah. Iptu Yusri Faisal, anggota Satgas Brimob Jayawijaya
terkena panah di dada kiri, sementara anggota Kodim 1702 Serka Stevanus
Tisel terkena panah di paha kanan. Keduanya saat ini tengah menjalani
perawatan di RSUD Jayawijaya.
Posting Komentar