Palu - Sampai hari ke-23 pasca bencana, situasi Palu, Sigi dan Donggala dan sistem kehidupan sosial masyarakat pun mulai membaik. Hal tersebut menurut Danrem 132/Tdl Kolonel Inf Agus Sasmita tidak terlepas dari peran Pemerintah Daerah, Satgas Kogasgab, relawan bahkan masyarakat sendiri untuk segera bangkit dari keterpurukan bencana, Sabtu (20/10/2018) malam.
"Meski fase tanggap darurat diperpanjang hingga 26 Oktober, namun dalam saat yang bersamaan kita juga lakukan kegiatan pemulihan dan rehabilitasi. Alhamdulilah, karena semuanya turut terlibat, kita yakin secara bertahap situasi ini akan pulih seperti semula," ucap Danrem 132/Tadulako.
Agus Sasmita juga menyampaikan bahwa gelar kekuatan Kogasgabpad terdiri dari 6.325 orang unsur TNI, 2.528 orang Polri dan 4.747 orang relawan.
"Untuk kekuatan TNI sendiri terdiri dari 106 orang dari Mako Kogasgabpad yang merupakan gabungan tiga angkata, 13 orang dari Mabes TNI, 1.609 orang dari TNI AL dan 938 dari TNI AU, "urainya
"Nah, Satgas TNI AD yang berasal dari berbagai Kotama/Balakpus jajaran Angkatan Darat, sendiri mencapai 3.659 orang" tambahnya.
Alumni Akmil 1993 ini juga menyampaikan bahwa Mabes TNI telah mengerahkan Alutsistanya untuk mendukung operasional penanganan korban gempa/tsunami.
"Materill dari TNI banyak yang dilibatkan, baik dari TNI AD, TNI AL dan TNI AU diantaranya pesawat hercules, helikopter. Kemudian kapal KRI, truk NPS, truk Tanki, dump truck, ambulance dan alat angkut lainnya" jelas Agus.
Ketika ditanya tentang hal menonjol yang masih berkembang, Agus Sasmita menyampaikan bahwa korban meninggal per hari ini sejumlah 2.112 orang dan masih terjadinya gempa susulan sebanyak delapan kali.
"Selain itu, guna mencegah epidemi penyakit, saat ini kita lakukan juga penyemprotan disinfektan di Balaroa dan Petobo," tambahnya.
Menurut Agus Sasmita, hingga kini Satgas jajaran yang berada dibawah kendalinya masih melaksanakan kegiatan pengamanan obyek vital ataupun pemukiman yang rawan, pembersihan sisa bangunan sambil mencari korban yang masih tertimbun, mendistribusikan logistik ke 125 titik via darat dan 3 sortir ke 2 titik via udara (Desa Lonca dan Lende), fogging di pelabuhan dan posko Balaroa maupun Petobo, patroli kesehatan dan pengobatan keliling, trauma healing, penyemprotan disinfektan dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Satgas yang dikendalikan oleh Korem 132/Tdl diantaranya adalah pembuatan Shleter dan Huntara yang memadai untuk pengungsi, distribusi/pengeboran air bersih, pembersihan rumah penduduk dan fasilitas umum, tenda sekolah darurat, pembukaan jalan yang tertutup, serta penerangan di tempat relokasi.
"Besok kita masih melanjutkan hal seperti tadi, namun juga sifatnya fleksibel sesuai dengan perkembangan situasi" tegasnya.
Danem 132/Tdl ini juga menyampaikan bahwa sesuai data yang dilaporkan ke Kogasgabpad, korban yang dimakamkan massal sejumlah 1.021 orang dan sisanya 1.091 makamkan oleh keluarga. Kemudian korban luka sejumlah 462 orang serta diprediksikan yang hilang/tertimbun sekitar 1.309 orang
"Sedangkan yang dievakuasi melalui udara mencapai 19.053 orang dan laut sekitar 1.098 orang. Mereka di evakuasi ke Makassar, Balikpapan, Jakarta, Manado, Surabaya, Kendari dan Nunukan," urai Agus Sasmita.
"Untuk pengungsi di Sulteng sendiri mencapai 223.045 orang yang tersebar di 122 titik, lalu 6.635 orang di Makassar, 2.096 di Kalimantan, serta WNA yang terdampak sejumlah 130 orang," tambahnya.
Di tempat terpisah Dansatgas Brigif 022/OM Kolonel Inf Verianto Napitupulu yang bertugas di sektor Sigi menyatakan bahwa operasional PLN masih terkendala dampak likuifasi sehingga di beberapa camp pengungsian masih membutuhkan tambahan penerangan.
Selain masalah penerangan, menurut Verianto kendala yang perlu mendapatkan prioritas diantaranya penyediaan air bersih dan alat transport distribusi air serta tenda.
"Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah makanan dan susu bayi, obat-obatan untuk penyakit kulit, diare, flu dan batuk," pungkas alumni Akmil 1996 ini.
Posting Komentar