Jawa Barat, Nusantara Bicara - Milad ke-37 Yayasan Waqaf Al Muhajirien Jakapermai. Wakil presiden Republik Indonesia hadir didampingi pengurus sekolah Al-Azhar, Gedung Pusdiklat Al Muhajirien Rabu (31/8) di Margahayu Bekasi Timur Jawa Barat.
Wapres mengatakan minta jangan sampai di sekolah Islam seperti Al-Azhar ini terjadi (kekerasan) sebab kita ingin menjadikan generasi wasathiyah,
Menurutnya, generasi wasathiyah adalah generasi muslim yang moderat, toleran, bisa menghargai perbedaan dan tidak memaksakan kehendak.
Adapun, dirinya mengingatkan bahwa generasi yang diperlukan saat ini adalah generasi muttaqin, mu'ammiriin, dan wasathiyah.
Lebih lanjut, dia menjelaskan Muttaqina adalah generasi yang mematuhi perintah Allah SWT dan rasulnya tanpa menunda-nunda. Mu'ammiriin adalah generasi yang memakmurkan bumi dengan membangun perekonomian dan sumber daya manusia, serta generasi wasathiyah yang moderat dan toleran.
"Saya kira generasi yang ingin kita bangun adalah itu dan kita harap Al-Azhar menjadi salah satu kawah candradimuka untuk melahirkan generasi Muslim yang mutaqqin, mu'ammiriin tapi juga wasathiyah. Saya yakin Al-Azhar bisa melahirkan generasi seperti itu," ujar Ma’ruf.
Sementara Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum menuturkan, Provinsi Jabar sendiri tercatat memiliki tak kurang dari 12.000 pondok pesantren dengan jumlah santrinya sekitar enam juta orang. Menurutnya, jumlah yang luar biasa ini menjadi salah satu senjata Jabar untuk mewujudkan visi Jabar Juara Lahir dan Batin.
“Provinsi Jabar memiliki tagline Jabar Juara Lahir dan Batin, dengan harapan masyarakat Jabar bukan hanya juara di bidang duniawinya saja, tapi juga ingin juara di bidang ukhrowi. Salah satu alat untuk mencapainya adalah dengan memprioritaskan dunia pendidikan,” jelas Pak Uu –sapaan akrab Wagub.
Pak Uu memandang penting adanya sekolah-sekolah Islam dan pondok-pondok pesantren. Melalui pendidikan yang seimbang antara ilmu duniawi dan agamis, kata Pak Uu, generasi muda masa depan bangsa akan terhindar dari pola pikir yang sekuler.
“Kami khawatir kalau anak bangsa sebagai tunas harapan hanya diberikan pendidikan yang bersifat duniawi, di masa mendatang mereka pikirannya sekuler, tidak butuh agama, tidak percaya surga dan neraka, yang akhirnya punya pola pikir hidup untuk bekerja, bekerja untuk uang, uang untuk hidup,” jelas Pak Uu.
“Maka pendidikan di Jabar di samping duniawi dikejar, ukhrowi juga diperjuangkan,” imbuhnya.
Sebagai penduduk terbesar di Indonesia, umat Islam Indonesia turut menjadi penentu kualitas dan kemajuan bangsa ini melalui aspek iman dan takwa serta aspek ilmu pengetahuan dan teknologi.(Agus)
Posting Komentar