.

Jakarta, Nusantara Bicara  -- Direktur Utama Bank DKI Fidri Arnaldy yang baru-baru ini menyiarkan (rilis) adanya pertumbuhan kredit 23,53% yang membuat laba bank 29,11% dari tahun sebelumnya. 

Pertumbuhan kredit ini didukung dengan membaiknya indicator rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) menjadi 1,75% pada Desember 2022 dari 2,98% pada Desember 2021.

Angka-angka tersebut bisa saja disajikan oleh Direktur Utama Bank DKI ke publik karena dilihat hanya sepintas saja tidak secara mendetail bagaimana layaknya hasil audit secara mendalam dari hasil kerja dari tahun 2021, 2022, kata Wahyu Adrianto selaku Ketua Masyarakat Peduli Bank saat dijumpai Sabtu (11/2) di Gedung Juang 45

Data yang disampaikan oleh Dirut Bank DKI ini terlihat tidak sehat karena tidak masuk dalam logika yang sehat, hal yang sangat mustahil pertumbuhan bisa cepat naik karena selama 2 tahun Indonesia dikepung masa pandemic Covid-19 secara tiba-tiba Bank DKI bisa menumbuhkan kredit sampai dengan 23,53%. 

“Data ini hanya untuk meninabobokan Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono agar Dirut Bank DKI Fidri Arnaldy tidak diganti dari posisinya dan Dirut Bank DKI tidak berani memunculkan angka masksimum pemberian kredit (PMBK) yang ditentukan oleh BI maupun OJK,” tutupnya.

Banyak kritik dan saran dalam memperbaiki segala persoalan tentu hal ini mesti jadi perhatian khusus (prioritas) bagi Pemda DKI selaku pemegang saham terbesar.(Agus)