Jakarta, Nusantara Bicara -- Kombes Pol. Langgeng Purnomo S.IK., M.H meluncurkan buku berjudul ‘ Rekonstruksi Nasionalisme’, Kamis ( 1/6/2023) Di Museum Sumpah Pemuda Jl. Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Peluncuran buku tersebut, disebutkan dalam rangka menyambut peringatan Hari Bhayangkara ke-77 Tahun 2023.
"Kita sekarang memahami maju dalam aspek teknologi dan ilmu pengetahuan, namun jangan lupa ada satu persoalan di dunia yaitu masalah kemanusiaan".
Begitu Juga saya melihat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ada ancaman proxy war. Jika kita di Indonesia berbuat tidak sesuai dengan nilai nilai falsafah negara NKRI ( Pancasila), maka tanpa disadari kemudian kita akan diperalat oleh proxy war.
Hal ini diungkapkan Kombes Pol Langgeng Purnomo, S. I. K., M. H, usai 'launching' sekaligus Bedah Buku berjudul: “Rekonstruksi Nasionalisme."
Menurutnya, agar kita tidak terjebak proxy war kita harus kembali kepada jati diri bangsa. Disini ada ungkapan penjajahan melawan bangsa sendiri, itu maksudnya adalah harus kita menyucikan diri dari sifat penjajahan di atas dunia ini dan sifat sifat yang tidak baik harus dihapuskan. Kemudian setelah bersih kita akan tertib seperti alam semesta damai abadi, sama kalau manusia di dunia bersih dan tertib, akan damai dan abadi.
“Inti dari buku saya adalah mengembalikan jati diri bangsa yaitu tentang nilai nilai kemanusiaan yang ada dalam landasan idiil Pancasila sila kedua, dan landasan konstitusional alenia ketiga Pembukaan UUD Negara RI tahun 1945. Inilah menguatkan konsepsi tentang wawasan kebangsaan,” jelas Karo SDM Polda Metro Jaya ini kepada awak media usai bedah buku.
Langgeng berpandangan bahwa kembali ke jati diri bangsa merupakan cara pandang kita dalam berbangsa dan bernegara yang dijiwai oleh kekuatan persatuan l dalam ekosistem Indonesia Raya. Yaitu kembali pada kesadaran kemanusiaan yang dipandu oleh moral dan etika dalam kehidupan berbangsa dan berbegara, sehingga kita menemukan kehidupan yang hakiki, menemukan makna kehidupan yang sesungguhnya yaitu jalan menuju Allah SWT.
“Dengan manunggalnya kemanusiaan ini kita tidak lupa dengan Allah, tidak lupa dengan sesama manusia, tidak lupa juga dengan alam senesta. Kita harus disiplin waktu. Demi waktu kita akan merugi kecuali yang beriman dan beramal soleh, berpesan dengan kebenaran dan kesabaran. Kita semua mau ditata, kita jangan menyalahkan. Dan kita masing masing perlu mengoreksi diri bahwa untuk tetap bersyukur kepada Allah SWT. Dengan begitu akan tercapai masyarakat dan bangsa ini Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur, negeri makmur sentosa dan rahmatan lil alamin,” sambungnya.
Dia menegaskan, Inilah HAM- nya Indonesia, ini benar benar berasal dari diri kita sendiri sebagai bangsa yang berkarakter dan kita membersihkan diri sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat manusia menjadi merdeka. Kemudian kumpulan dari manusia yang baik itu diharapkan bisa membudaya yang sesuai dengan karakter orang Indonesia.
Terkait era revolusi 5.0 ini, dia menambahkan, problem sosialnya adalah kita dikendalikan oleh teknologi informasi, padahal kemajuan teknologi digital untuk kepentingan manusia, namun kita punya konsep bagaimana mengintegrasikan semua kemajuan di segala bidang, yakni integrasi antara dunia maya dan dunia fisik, manusia itu adalah jiwanya, manunggalnya dengan kemanusiaan, sehingga kemajuan teknologi untuk manusia dan kemanusiaan, hukum dan ekonomi juga untuk kemanusiaan.
“Sehingga di negara negara lain dengan model persaingan pasar bebas, mereka menyusun kekuatan sampai dengan perang. Lama lama bisa menyusahkan. Namun kita di Indonesia dengan manusia briliannya, kembali kepada karakter dan jati diri kita sendiri akan mampu menata dan merajut Nusantara ini dengan kemanusiaan, dunia akan melihat kita. Sekarang kita lihat Pergeseran ilmu pengerahuan dari barat ke Indonesia, tapi kita juga harus bisa membuktikan dulu di dalam negeri, karena kita punya tanah air sendiri yang dijiwai moral dan etika Pancasila,” pungkas Lenggeng menutup wawancara dengan awak media.(*)
Posting Komentar