Jakarta, Nusantara Bicara -- Pdt Victor Rembeth sukses meluncurkan buku demokrasi Indonesia, Senin, 9/10/2023 bertempat di Graha Oikumene Salemba, Jakarta Pusat.
Ditemui awak media, Pdt Victor Rembeth mengatakan,"Saya pendeta di gereja Baptis tapi banyak berkarya lintas umat dan iman untuk isu kemanusiaan dan keadilan. Saat ini saya difasilitasi oleh Biro Litbang PGI dan bekerjasama dengan Interfidei sebagai penerbit meluncurkan buku tentang pemikiran Pak Th Sumartana, seorang tokoh Protestan yang kerap disejajarkan dengan Gusdur , Buya Prof. K.H. Ahmad Syafii Maarif, S.S., M.A., Ph.D., atau Romo Mangunwijaya, Ibu Gedung Bagus Oka yang mengisi kehidupan berbangsa mewakili komunitas iman masing masing.
Buku ini adalah topik penting yang perlu dijemaatkan pertama kepada komunitas gereja Protestan se - Indonesia, tetapi juga untuk seluruh anak anak bangsa Indonesia dari semua komunitas apapain. Isi pemikiran yang digaungkan adalah tentang kebebasan beragama dan keyakinan yang menjadi juga esensi demokrasi dengan kerjasama atau dialog antar Keyakinan ," kata PDT. Victor Rembeth.
Lebih lanjut Victor Rembeth menambahkan,"Oleh karena itu buku ini, memang bicaranya tentang pluralitas dan dialog antar agama, tetapi judulnya demokrasi Indonesia. Sudah tentu dengan adanya kebebasan beragama dan berkeyakinan menjadi isi dari demokrasi yang esensial bukan sekedar kosmetik elektoral," sambungnya.
Penggiat kemanusiaan antar iman ini mengungkapkan,"Isi buku saya ini memang semuanya berusaha untuk melihat auto kritik terhadap keberadaan praktik gereja di Indonesia dan berbagai hal yang kerap kali mungkin kita sering masuk ke dalam sebuah perangkap perangkap yang membuat kita menjadi tersekat satu dgn yang lain. Dampak buruk dari sekat sekat identitas itulah yang membuat agama agama bisa dengan mudah kehilangan daya profetisnya dan kemudian dihilangkan kapasitasnya dilemahkan. Apa yang diperjuangkan oleh suara Sumartana kerapkali sering hilang dalam kondisi Indonesia apalagi dengan maraknya berbagai asupan yang "asing" membombardir proses kita membudaya. Konteks tiap zaman sejak penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia dan memasuki awal Indonesia menunjukkan politik etatisme negara sangat kental dalam mengatur agama agama. Banyak hal di mana agama itu dibingkai sesuai dengan keinginan negara padahal esensi beragama dan berkeyakinan adalah hak setiap warga untuk memilih.
Bang Victor yang ikut membidani lahirnya Forum lembaga kemanusiaan antar iman, Humanitarian Forum Indonesia, juga mengatakan, "Oleh karena itu, saya gaungkan bagian sesuatu yang perlu dilakukan orang dan kemudian bisa menjadi bagian dari gaya hidup Indonesia dan dapat terus dapat dilakukan oleh anak anak bangsa di Nusantara."
Puncaknya, PDT. Victor Rembeth mengatakan Harapannya,
"Kami berharap buku ini bisa menjadi pemantik untuk kita semua, baik itu gereja-gereja Protestan maupun semua umat beragama. Indonesia harus bersyukur bahwa ada seseorang yang pernah memikirkan kondisi demokrasi dari perspektif agama agama. Kita berharap pemikiran Th Sumartan tidak pernah akan selesai untuk menyentil bahkan menempeleng orang-orang yang khususnya para agamawan yang kerap kali menjadkan agama untuk menyumbat keran demokrasi yang sesungguhnya. agama seharusnya menjadi berkat, dan menjadi kekuatan bagi proses _nation building_ Indonesia. Untuk dan hanya untuk kebaikan dan memartabatkan manusia Indonesia. Tuhan sayang semua. Terima kasih,”pungkas Pdt. Victor Rembeth.(Agus)
Posting Komentar