Nusantara Bicara, Jakarta --- Institut Pariwisata Trisakti merayakan Dies Natalis ke-55 dengan tema "Memayung Hayuning Bawana: Kejayaan dalam Harmoni dan Keberlanjutan". Acara ini dihadiri oleh ratusan peserta, termasuk mahasiswa, dosen, alumni, dan tamu undangan dari berbagai instansi, serta para praktisi industri pariwisata.
Rektor Institut Pariwisata Trisakti, Fetty Asmaniati, S.E., M.M., membuka acara dengan sambutan hangat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam perjalanan institusi ini. "Tema tahun ini mencerminkan komitmen kami untuk mencapai kejayaan dalam harmoni dan keberlanjutan. Kami berusaha untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan dinamika industri pariwisata yang selalu berubah," ujar Fetty.
Acara utama dalam perayaan ini adalah orasi ilmiah yang disampaikan oleh Agus Riyadi, SST.Par., M.Sc., Ph.D., CHIA. Orasi yang bertajuk "Manajemen Krisis Brand Reputasi dan Kinerja Brand Hotel Berbintang pada Masa Pasca COVID-19 di Indonesia" ini membahas tantangan dan strategi yang dihadapi industri perhotelan dalam menjaga reputasi dan kinerja di era pasca-pandemi. Agus Riyadi menekankan pentingnya manajemen krisis yang efektif untuk mempertahankan kepercayaan konsumen dan keberlanjutan bisnis. "Hotel-hotel berbintang di Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga brand mereka pasca COVID-19. Keterbukaan, inovasi dalam pelayanan, serta adaptasi terhadap kebutuhan baru konsumen adalah kunci utama dalam mempertahankan reputasi dan kinerja yang baik," jelas Agus Riyadi.
Selain orasi ilmiah, acara Dies Natalis juga dimeriahkan dengan pameran karya mahasiswa, seminar pariwisata dengan pembicara terkemuka, serta pertunjukan seni budaya yang mencerminkan kekayaan tradisi Indonesia.
Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Asuransi (STMA) Trisakti, Dr. Antonius Anton Lie, SE, MM, dalam wawancaranya mengungkapkan rencana transformasi STMA Trisakti menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). Dr. Antonius Anton Lie, SE, MM, menjelaskan bahwa perubahan status ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di bidang asuransi. "Dengan menjadi PTN-BH, STMA Trisakti akan memiliki otonomi yang lebih besar dalam mengelola sumber daya dan merancang kurikulum yang lebih inovatif. Kami berharap ini dapat meningkatkan daya saing dan reputasi kami di tingkat nasional dan internasional," ujarnya.
Proses transformasi ini melibatkan berbagai tahapan, termasuk penyesuaian kurikulum, peningkatan fasilitas pendidikan, serta pengembangan kerja sama dengan institusi dalam dan luar negeri. "Kami juga akan meningkatkan kualitas penelitian dengan mendukung proyek-proyek yang relevan dengan kebutuhan industri asuransi saat ini," tambahnya.
Dr. Antonius Anton Lie, SE, MM, menegaskan bahwa perubahan ini akan memberikan banyak manfaat bagi mahasiswa dan staf pengajar, termasuk peningkatan fasilitas pendidikan, kesempatan kerja sama dengan institusi internasional, dan lebih banyak peluang beasiswa bagi mahasiswa. "Dengan status baru ini, kami dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih baik dan relevan bagi mahasiswa kami," tegasnya.
Saat ini semuanya masih berproses, sambungnya, semua unsur satuan Pendidikan juga ikut.
“Bahwa semua kondisi satuan pendidikan di Universitas Trisakti normal tidak merugi berjalan baik dipilih yang cocok dalam penggabungan. Meski saat ini masih draff nanti memiliki 1 rektor memiliki wewenang yang besar dan 3 wakil yang berwenang membuka atau menutup jurusan / fakultas, otoritas manajemen, otoritas bidang keuangan badan hukum sendiri dan APBN sendirinya,” ujarnya.
Nantinya bila menjadi negeri di badan hukum satuan Pendidikan punya otoritas otoritas masing-masing, tambahnya, menjadi School dengan direktur sebagai pimpinan, dan Direktur bisa mengatur manajemen.
“Berharap dengan menjadi PT BHN Universitas Trisakti menjadi lebih besar dan maju. Bahwa tidak ada suatu signifikan yang berubah hanya tinggal waktu, semoga Kemendikti terus mendampingi agar PT BHN terwujud mengikuti gagasan besar. Bahwa Universitas yang besar merupakan gabungan gabungan perguruan tinggi yang kecil,” bebernya.
STMA mengenai hal ini dapat membantu karena kemampuan terbatas, literasi 10 x agar masyarakat tahu asuransi dan bila menjadi negeri masyarakar akan lebih terbuka, tetap berpromosi asuransi, bangun industri asuransi dan sebagai pilar ekonomi.(Agus)
Posting Komentar